+62 857-9293-7245 pwpiibali@gmail.com

Supel.id, Bali,-Sekali waktu berkunjunglah ke Pulau Serangan Bali. Tidak banyak orang yang tau tentang pulau yang terletak di sebelah selatan pulau bali itu. Wilayah pulau ini sekarang menjadi objek wisata alam dan juga wisata religi. Kondisi alamnya yang tenang, masyarakatnya yang ramah serta beberapa bangunan bersejarah yang masih utuh menjadi daya tarik pulau ini. Pada abad ke 17 beberapa kaum bugis yang melarikan diri dari daerah asalnya akibat penjajahan, singgah di pulau ini dan menetap. Keberadaan kaum bugis ini kemudian semakin berkembang seiring waktu hingga menjadi kampung bugis tertua di Bali yang dikenal dengan nama Kampung Bugis Serangan. Terdapat Masjid Syuhada di tengah-tengah kampung berpenduduk sekitar 100 KK yang berusia lebih dari 2 abad. Di depannya berdiri rumah panggung khas Suku Bugis yang berusia sama. Kondisi rumah itu cukup terawat dan sering dijadikan posko bagi mahasiswa atau pelajar yang melakukan kegiatan di kampung tersebut.

Bulan Syawwal kemarin Pelajar Islam Indonesia (PII) Bali mengadakan Perkampungan Kerja Pelajar (PKP) di Kampung Bugis Serangan. Kegiatan ini dikemas dalam bentuk pelatihan kepemimpinan menengah atau dikenal dengan nama Leadership Intermediete Training (LIT) PII. Selama 10 hari para peserta yang terdiri dari pelajar usia SMP, SMA serta beberapa mahasiswa merasakan hidup dan tinggal bersama masyarakat. Ketua Umum PII Bali, Riza Afrian mengatakan kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran dan kepekaan sosial pelajar terhadap lingkungan sekitar serta melatih kepemimpinan.

Setahun belakangan (Januari 2017) terjadi konflik tanah dan penggusuran kepada hampir separuh warga Kampung Bugis Serangan. Akibatnya selama 18 bulan ini mereka tinggal di tenda pengungsian. Berukuran 2×3, satu tenda bisa dihuni lebih dari 1 KK. Kondisi warga yang tinggal di pengungsian cukup mengkhawatirkan. Beberapa bulan pasca kejadian, banyak warga terutama anak-anak yang mengalami trauma dan depresi. Kondisi sekarang jauh lebih baik dengan kembalinya anak-anak ke sekolah lagi dan orang tua yang disibukkan dengan pekerjaannya. Ketidaknyamanan tinggal di pengungsian membuat anak-anak kampung bugis gemar bermain di lapangan dan sekitar masjid syuhada. Karena itu Masjid syuhada sebagai sentral Kampung Bugis Serangan tidak pernah sepi pengunjung. Jamaah memenuhi masjid dalam lima waktu sholat, bahkan seringkali meningkat dengan adanya kunjungan dari wisatawan lokal yang datang untuk melihat peninggalan sejarah di Kampung Bugis Serangan. Sambutan khas anak-anak kampung bugis, terutama anak-anak pengungsi yang hangat dan bersemangat untuk belajar apa saja dari orang baru adalah hal yang sulit dilupakan dari kampung ini.

Riuh tawa anak-anak pengungsi kampung bugis bermain dan belajar bersama kakak-kakak kakak baru mewarnai padatnya kegiatan para peserta LIT. Sehabis subuh peserta mengaji bersama remaja masjid kampung bugis serta bergiliran mengisi kuliah subuh. Kegiatan pagi peserta bersama dengan keluarga angkat, membantu pekerjaan mereka, mengobrol, memasak hingga menjelang siang. Siang sampai maghrib peserta masuk kelas untuk mengikuti materi dari para instruktur. Ba’da maghrib peserta mengajar anak-anak kecil mengaji, baca tulis dan pelajaran sekolah. Pukul 09.00 WITA peserta masuk kembali ke lokal untuk mendapat materi hingga tengah malam. Di akhir sesi para peserta yang kebanyakan pelajar ini melakukan proyek sosial untuk masyarakat kampung bugis berupa bersih kampung dan Festival Syawwal yang dikemas dalam lomba-lomba anak. Kepala lingkungan Kampung Bugis Serangan, Mohadi mengapresiasi kegiatan ini dan mengatakan bahwa kebanyakan mahasiswa yang melakukan KKN di kampung tersebut, adanya pelajar yang turut terlibat dalam kegiatan terjun ke masyarakat adalah hal baru yang sangat bagus untuk dijalankan.

Wayan Milda (15) salah satu peserta mengatakan beruntung bisa mengikuti kegiatan ini karena bisa merasakan pengalaman dan banyak berlatih tanggung jawab. Momen haru muncul saat perpisahan antara peserta dan keluarga angkat serta anak-anak. Anak-anak tak henti menangis dan merajuk meminta peserta untuk tetap tinggal. Kedepan PII Bali berkomitmen untuk rutin melakukan pembinaan kepada remaja-remaja Kampung Bugis serangan, ujar Fadzrul Afyan Sekertaris Umum PII Bali. [r]